Bahaya Anak Menangis di Tengah Tidurnya

Minggu, 03 Januari 2010

Ketika si kecil menangis di tengah-tengah tidurnya pada malam hari, haruskah Anda segera menenangkannya, ataukah diabaikan saja? Sikap mengabaikan tangisan si anak diklaim akan menyebabkan beberapa masalah dalam hidupnya kelak, seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), perilaku antisosial, dan IQ yang rendah. Namun adakah bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa membiarkan anak menangis saat tidur dapat menyebabkan kerusakan otak jangka panjang?

Hal ini mungkin bisa dikaitkan dengan metode sleep training yang diterapkan Dr William Sears, Associate Clinical Professor of Pediatrics di University of California, Irvine, School of Medicine. Dr Sears menekankan pendekatan pengasuhan yang berpusat pada anak. Ia menyarankan orangtua untuk dengan sabar membantu anak tidur pada waktunya. Caranya dengan menemaninya tidur, membangun ritual tidur malam yang nyaman, dan bentuk-bentuk lain kedekatan fisik untuk menciptakan suasana tidur yang positif, dan kebiasaan tidur yang sehat selamanya. Dengan cara ini, anak tidak akan memiliki peluang untuk menangis, karena orangtua selalu ada di dekat anak untuk merespons kebutuhannya akan makanan atau kenyamanan.

Metode ini bertentangan dengan sleep training yang menerapkan teknik CIO (Cry It Out), yang menyatakan bahwa bayi yang menangis sendirian untuk jangka waktu pendek, namun sesekali ditengok orangtuanya, tidak akan mengalami trauma. Hasilnya justru anak yang memiliki waktu istirahat yang baik, dan lebih bahagia. Strategi tidur tanpa tangis, menurut teknik CIO, akan menyebabkan bayi terlalu bergantung pada kenyamanan yang diberikan orangtuanya, membuat si anak sulit untuk belajar mendorong diri mereka sendiri untuk tidur.

Pengajar pengasuhan lain, Elizabeth Pantley (penulis The No-Cry Sleep Solution) yang mendukung Dr Sears, mempertimbangkan bahwa membiarkan anak sendirian dan menangis di kamarnya adalah sikap yang tidak natural, kurang baik, dan mengkhianati kepercayaan yang telah dikembangkan anak pada orang dewasa dan dunia di sekitarnya. Dr Sears juga mengatakan bahwa teknik CIO akan membentuk asosiasi negatif pada anak tentang waktu tidur, yang akan berlangsung sepanjang hidupnya. Bayi yang kerap menangis kemungkinan menunjukkan tanda-tanda awal bahwa mereka lambat dalam mengembangkan kontrol emosi.

Sayangnya, tidak ada bukti-bukti yang menguatkan sejauh ini, sehingga dapat dikatakan bahwa tak satu pun strategi tidur yang efektif untuk setiap anak, bahkan untuk satu anak selamanya. Anda bebas menerapkan pilihan pengasuhan pribadi untuk Anda, dengan mengenali anak, bersikap fleksibel, dan mencari apa yang paling tepat untuk Anda berdua.

Bagi Heather Turgeon, psychotherapist di Pump Station, Los Angeles, bersikap responsif dan menyayangi adalah pekerjaan utama para orangtua. Menemani anak tidur adalah pola pengasuhan yang paling alami, dan bayi kemungkinan diprogram untuk tumbuh berkembang dengan cara ini. Kebanyakan orangtua tentu menginginkan anak yang cukup mandiri, dan rutinitas tidur yang tak perlu berakhir dengan trauma setiap malam. Jika Anda tidak bisa menemani anak lebih lama, apakah saat-saat dimana Anda membiarkannya menangis dapat mengubah perkembangan otaknya? Ia tak yakin, namun memilih untuk lebih sering memenuhi kebutuhan anaknya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda cenderung membiarkan anak menangis sesekali di tengah tidurnya?

0 comments

Posting Komentar